Konser Kantata Barock pada Jumat,
 30 Desember 2011 akhirnya terlaksana dengan baik. Iwan Fals, Setiawan 
Djodi dan Sawung Jabo memberikan pertunjukan yang berkesan. Penampilan 
kelompok musik Kantata dipenghujung tahun ini sangat dirindukan oleh 
penggemarnya.
Setelah Kotak turun panggung, tiba-tiba layar dibelakang panggung 
menampilkan slide perjalanan Kantata sejak awal dirumuskan hingga 
persiapan konser Kantata Barock. Ketika slide menampilkan sosok Iwan 
Fals, sontak seluruh penonton bergemuruh memanggilnya “Iwan... Iwan... Iwan...”.
 Jujur saja kita akui sebagian besar penonton yang hadir menyaksikan 
konser ini adalah penggemar Iwan Fals. Bisa Anda bayangkan konser 
Kantata Barock tanpa Iwan Fals?. Iwan Fals tetap menjadi magnet seperti 
konser-konser Kantata terdahulu.
Menyambung keinginan penonton yang sudah tidak sabar ingin melihat 
pertunjukan Kantata Barock, Faisal Basri didaulat memanggil personel 
Kantata Barock setelah bersama-sama menyanyikan lagu Padamu Negeri.
Sawung Jabo membuka persenyawaan akbar itu dengan sebait lirik Paman Doblang. "Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata...". Tak lama berselang lagu Nocturno dinyanyikan oleh Iwan Fals. "Selamat datang di Republik Calo!",
 ujar Iwan memulai orasi layaknya seorang capres dipanggung kampanye. 
Adegan apik dibawakan oleh Iwan Fals bersama personel lainnya.
Partai Bonek menjadi lagu kedua yang dibawakan oleh Kantata Barock. Setelah itu berturut-turut mengalun lagu Goro-Goro, Balada Pengangguran, Kemarin & Esok serta Megalomania. Dipertengahan lagu Balada Pengangguran, Iwan Fals, Djody dan Jabo bergiliran membacakan puisi Kecoa Pembangunan.
 Puisi ini dulu pertama kali dibacakan oleh alm. WS Rendra ketika 
Kantata menggelar konser di Parkir Timur Senayan, 6 juli 1998.
Dibawah kilatan permainan sinar laser yang menurut majalah Rolling Stones sama dengan konser Pink Floyd, lagu Badut dan Mata Dewa membahana di GBK. Penonton semakin terpuaskan ketika lagu Tikus Ngongrong dan Panji-Panji Demokrasi dibawakan.
Setelah itu Band Kotak kembali naik keatas panggung berkolaborasi dengan Kantata Barock dan Once membawakan lagu Beraksi, Mujijat dan Barong Aku Bento.
 Yang menarik perhatian yaitu slide dibelakang panggung ketika lagu 
Mujijat dibawakan menampilkan proses operasi Setiawan Djody. Setelah itu
 Iwan Fals seakan diberi keleluasaan membawakan lagu lamanya berjudul Puing serta lagu berjudul Proyek 13 yang liriknya ditulis oleh Bram.
Pertunjukan terus berlangsung dengan semangat Djody membawakan lagu Nyanyian Jiwa
 yang mendapat apresiasi yang luar biasa dari penonton. Lagu ini kata 
Djody merupakan lagu penyemangat ketika dirinya hampir mati akibat 
penyakit yang dideritanya. Tampak penonton menyalakan lighter (korek api
 gas) dan koor bersama menyanyikan lagu dari album Swami II ini. 
Penonton tambah bersemangat ketika Iwan Fals ikut mengalunkan suara 
khasnya di lagu ini.
Iwan Fals benar-benar menjadi magnet pertunjukan malam itu. Panggung 
tiba-tiba menjadi gelap dan lampu sorot hanya mengarah ke Iwan Fals, dia
 lalu bercerita kenangannya bersama WS. Rendra yang sempat berkeinginan 
membangkitkan kembali Kantata dengan nama Kantata Samudera. Sayang 
keinginannya tak sempat terwujud karena Rendra meninggal dunia. Iwan 
Fals lalu menyanyikan lagu baru yang diinspirasi dari keinginan 
almarhum. Lagu berjudul ombak dibawakan secara akustik. Ekspresi Iwan Fals membius penonton yang mendadak hening menyimak lagu tersebut.
Kantata Barock malam itu seperti sengaja mengaduk-aduk emosi dan adrenalin penonton. Terlebih ketika lagu Pangeran Brengsek, Bongkar dan Nyanyian Preman dibawakan. Koor pun bergema diseluruh penjuru GBK.
Teriakan puluhan ribu penonton yang hadir malam itu seakan menjadi 
tambahan energi bagi Kantata Barock, romantisme konser Kantata Takwa 
tahun 1990 coba mereka bangunkan. Intro lagu Bento tiba-tiba terdengar, sontak seluruh penonton berteriak "Bento... Bento... Bento...".
 Lagu legendaris ini seolah menjadi lagu wajib setiap pertunjukan 
Kantata maupun Iwan Fals. Ditengah usia yang tidak lagi muda, para 
personel Kantata Barock menunjukan performance yang sangat luar biasa 
diatas panggung. Energi mereka seakan tak pernah habis, semangat mereka 
membawakan lagu Cinta dan Hio sungguh luar biasa. Penonton dimanjakan oleh teriakan khas Iwan Fals, Jabo dan Djody.
![]()  | 
| Tiket (@beritaiwanfals) | 
Akhirnya setelah hampir 3 jam, pertunjukan itu pun diakhiri oleh lagu Kesaksian.
 Seluruh personel dan bintang tamu naik ke atas pentas bersama-sama 
penonton menyanyikan lagu fenomenal ini. Tampak diatas panggung Band 
Kotak, Once dan Piyu Padi. "Terima kasih kalian begitu luar biasa 
tertib, sudah dewasa menyaksikan pertunjukan tanpa keributan sedikipun. 
Kami bangga pada kalian, kita bertemu lagi nanti di sini setelah Pemilu,
 aku cinta padamu...!", ujar Setiawan Djody menutup pagelaran akbar malam itu.
Namun sayang sekali menurut beberapa penonton yang hadir konser kali ini
 banyak kekurangan dari segi penyelenggara, padahal Kantata Barock bukan
 grup 'kemarin sore' yang baru manggung. Promo yang gencar di sosial 
media ternyata tidak membuat orang berduyun-duyun menyaksikannya. Sound 
system yang digunakan kurang memadai, raungan gitar Setiawan Djody malah
 dianggap mengganggu, tata panggung yang 'terlalu' sederhana 
meninggalkan ciri khas panggung megah Kantata dengan patung Garuda 
diatasnya. Dengan harga tiket termurah seratus ribu rupiah, pertunjukan 
dirasa tidak sebanding dengan harga yang dibayar. Ya, kekurangan yang 
seharusnya tidak terjadi mengingat Kantata cukup kenyang dengan konser 
megah.
Ooh masih ada lagi, rupanya konser Kantata Barock ini  membawa dan 
meninggalkan masalah. Pada siang harinya sebelum konser dimulai, ada 
jumpa pers berisi nota penolakan konser ini dari musisi Yockie Suryo 
Prayogo dan ahli waris penyair Rendra yang diwakili oleh Clara Shinta. 
Yockie SP dan Rendra termasuk yang membidani lahirnya Kantata Takwa, 
namun Yockie tidak terlibat dalam Kantata Barock dan Rendra telah 
meninggal dunia.
Berikut isi nota protes itu:
Bahwa semua karya cipta lagu atas album Kantata Takwa, Kantata 
Revolvere dan Kantata Samsara terutama yang terkait dengan adanya nama 
Yockie Suryo Prayogo sebagai pencipta, baik sendiri maupun secara 
bersama-sama, mempunyai legalitas hak ekonomi, hak eksklusif, hak moral,
 performing right (hal untuk mengumumkan) dan Mechanical Right (hak 
untuk memperbanyak), dimana dalam hal ini, pengertian "mengumumkan atau 
memperbanyak" termasuk kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, 
mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjam, 
mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, 
merekam, dan mengkomunikasi ciptaan kepada publik melalui sarana apapun,
 sesuai dengan apa yang disebutkan UU No 19 Tahun 2002 tentang Hak 
Cipta. 
Semoga permasalahannya lekas selesai dan tidak menimbulkan perselisihan berkepanjangan bagi yang berkepentingan. (fk|sb) 
sumber:Iwanfalsmania.blogspot.com


Tidak ada komentar:
Posting Komentar